[BOOK REVIEW] Dilan : Dia adalah Dilanku Tahun 1990

Oke, seperti pada peringatan di post sebelumnya ya, bakal rajin ngepost. Tapi gak kok, yang ini bukan curhat. Karena ...... It's time for another review!! Yay! And you guys guess what? I'll review about a book! A book guys! Berhubung aku bukan pecinta buku yang bisa anteng baca buku berjam-jam dalam satu hari, somehow i feel proud of myself to finish this book in only one day! Dan buku apakah itu??? Yep! Sama kaya yang dikasih tau di judul, judul bukunya Dilan : Dia adalah Dilanku Tahun 1990. (yang gak mau spoiler, jangan buka!)

Simple Cover

Pertama tau buku ini sebenernya dari temen, tapi ya itu, berhubung aku ga gitu tertarik sama buku ya udah, ga kepo. Tapi lama - lama iseng juga nyari tentang ulasan bukunya dari google, dan aku tertarik sama karakter Dilan yang diceritain sama si pengulas. Pernah beberapa kali pas aku lagi jalan jalan ke toko buku dan berniat beli, bukunya habis terus. Lalu, satu hari pas kebetulan aku lagi jalan-jalan ke toko buku, aku liat buku ini, dan langsung beli! Gak mikir lagi. Things surely come on the least time you expect it to come. Nah sesampainya di rumah, aku langsung baca bukunya, karena emang penasaran sama si Dilan ini.

First Impression liat buku ini, sederhana banget covernya. Cuma tulisan judul warna putih yang didasari warna biru sama gambar cowok berseragam SMA dan sepeda motornya. Tapi itu udah cukup menggambarkan Dilan yang emang anak SMA dan anggota geng motor. Waktu mulai kubaca, aku agak kaget sih soalnya penulisnya kan Pidi Baiq, tapi sepanjang cerita dia ceritakan lewat sudut pandang tokoh utama perempuannya, Milea. Tapi gak apa apa sih, toh aku sebagai cewek juga jadi bisa paham banget perasannya Milea sepanjang cerita. Bahasa yang dipakai sama penulis pun sederhana jadi mudah dimengerti sama pembaca.

Cerita dimulai dari Milea mendeskripsikan  tentang dia dan keluarganya. Gimana dia hidupnya pindah pindah sampai akhirnya menetap di Bandung. Oh dan salah satu alasan kenapa beli novel ini adalah, pengen ngerasain romantisnya Bandung jaman dulu! And it surely was that romantic, maybe is? Terus masuk ke bagian pertama kali dia ketemu sang peramal. Dia tiba-tiba dateng nyamperin Milea buat ngeramal kalo mereka bakal ketemu di Kantin! He's creepy <-- first impression aku ke Dilan. Ya maksudnya, ngeri kan kalo tiba-tiba ada cowok yang nyamperin kamu terus tiba-tiba bilang "Aku ramal, nanti kita akan bertemu di Kantin"

.

..

...

THAT'S CREEPY GUYS!!

Tapi kesan ini juga yang jadi salah satu poin kenapa aku suka banget sama Dilan : He's spontaneus!

Mungkin karena aku tipe yang bosenan kalo gitu gitu aja, jadi sebisa mungkin ada fluktuasinya kalo berhubungan sama orang. Salah satu caranya, ya dengan bertindak spontan gitu. Cuma memang terkadang spontan gak selamanya bagus, contohnya emosi yang meletup-letup. Sebisa mungkin yang ini dihindari ya. Nah lanjut terus bacanya, mulai dari Milea yang awalnya males tiap ketemu Dilan, apalagi pas tau dia anggota geng motor, makin males. Tapi aku suka alur ceritanya yang realistis (ya gak semua sih, tapi lumayan lah) gimana reaksi seseorang ketika denger cowok anggota geng motor, yang stereotypenya pasti jelek. Padahal aslinya dia selalu masuk ranking 3 besar, sayang banget sama bunda dan keluarganya pula. Nah, poin ini nunjukkin kalo kita jangan langsung menghakimi orang dari luar, coba liat lebih dalem dulu.

Dan kemudian ceritanya sampai dimana Milea ulang tahun. Di ceritanya Milea udah ngarep gitu dikasih kado ama Dilan pas hari H, ternyata gak dikasih. Harkos banget Dilannya emang, bye. Tapi kemudian dia kasih kado besoknya dan kadonya super unik, buku TTS, dan yang terpenting, udah diisi! Aku ketawa sih pas bagian ini, mikirnya 'Dilan just too cute'. Ya gini aja deh, berapa gelintir orang yang kepikiran buat ngisi kado TTS (yang covernya udah digambarin kumis sama jenggot, jangan lupa) dan udah diisi semua, ya, semuanya. Aku kalo ngisi TTS yang cuma selembar yang ada tiap hari minggu aja udah hampir seharian, ini lagi sebuku. See what he put on this gift? Time, Effort, and Idea. Menurutku, kado kaya yang dikasih Dilan gini nih yang asik, dan priceless. 'Cause you can't buy them with money.

Daaaaan kalimat yang Dilan kasih di kadonya :

SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.

INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS,

TAPI SUDAH KUISI SEMUA.

AKU SAYANG KAMU

AKU TIDAK MAU KAMU PUSING

KARENA HARUS MENGISINYA.

DILAN!

  

.

..

...

....

rasanya pengen teriak 'SHUT UP AND TAKE MY HEART' ke Dilan, tapi sayang Dilan sukanya sama Milea, bukan Leana *?*

Sepanjang cerita asiknya disitu, di kurva fluktuatif yang kang Pidi buat. And i bet, hampir pasti semua perempuan yang baca novel ini bakal jatuh cinta sama Dilan, at least admire him. Kalau aku sih, tentunya, suka banget sama Dilan. Dia spontan, kreatif, talk less do more, random, care, straight-forward dan selalu bisa buat kita merasa spesial dengan caranya sendiri. He's almost perfect, just like another novel character. Gaya bahasanya juga khas gitu. Tapi yang bikin aku rada kecewa, Dilannya sedikit ngomong bahasa Sundanya. Hiks. Cowok yang lancar bahasa daerahnya (di kasusku : Basa Sunda) lebih terlihat berkharisma sih kalo menurutku, apalagi basa lemesnya. Hahhhhh bikin lutut lemes. Makanya agak kecewa pas baca dan cuma sedikit dialog bahasa sundanya, tapi at least ada, dan tetep bikin senyum senyum

Buku ini cocok banget buat para cowok yang pengen pdkt sama gebetannya in a whole new level. Serius, cewek suka nih tipe tipe kayak Dilan. Gak ngemanjain, tapi udah cukup bikin blushing. Gak norak, gak drama dan kasih bukti bukan janji! Pokoknya sebagai bukan seorang pecinta buku, aku suka gaya penulisan dan karakter karakter di novel ini, that's why i'd recommend this to you guys! 

Dan ditunggu karya karya selanjutnya ya, kang Pidi!